Hadiah Buku dari Pak Satria Dharma

Mei 29, 2019

Ngainun Naim

Kamis siang (16/5/2019) yang terik. Ramadan tahun 2019 ini—menurut saya—berlangsung  dalam iklim yang lumayan panas. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang cukup sering turun hujan. Cuaca sejuk saat atau setelah turun hujan menjadikan puasa bisa dijalani secara lebih tenang. Sementara cuaca panas acapkali menjadikan tubuh mulai berkurang energinya, khususnya usai shalat dhuhur. Semakin sore, tentu saja, tubuh semakin lemas.
Bayangan orang yang sedang berpuasa umumnya memang makanan. Melihat es degan yang dijual di pinggir jalan rasanya sangat segar dan ingin segera meneguknya. Begitu juga dengan makanan yang terjajakan di berbagai lokasi. Tetapi saat berbuka, baru seteguk dua teguk saja ternyata perut sudah merasa kenyang. Begitu juga dengan makanan. Hasrat besar tidak mampu diimbangi oleh kemampuan untuk memuaskannya. Tetapi saya kira memang seharusnya begitu agar manusia tidak terlalu rakus.
“Ini ada paket Pak”, kata seorang staf di kantor seraya menyerahkan padaku. Aku menerimannya dan kuucapkan terima kasih.
Resepsionis kantorku bekerja hapal betul dengan paket yang tertuju kepadaku. Paket yang hampir selalu berisi buku. Nyaris setiap minggu selalu saja ada buku yang dikirim kepadaku. Bisa karena aku yang membeli. Bisa juga karena kolega atau penerbit yang menghadiahkannya kepadaku. Buku-buku semacam itu selalu diinfokan sebelumnya oleh pengirimnya sehingga ketika ada notifikasi dari jasa pengiriman, aku sudah bisa menebak asalnya.
Tapi untuk kali ini agak misterius. Seingatku minggu ini aku tidak order buku. Ketika ada notifikasi pengiriman paket sari Surabaya, aku pun bertanya-tanya. Siapa yang mengirimiku buku?
Segera paket aku cek dan aku buka. Mulutku tercekat. Mimpi apa aku semalam kok sampai mendapatkan kiriman buku secara tidak terduga dari tokoh idolaku: Satria Dharma. Ya, beliau mengirimiku buku yang istimewa tanpa pernah memberitahuku sebelumnya.
Pak Satria Dharma adalah tokoh garda depan gerakan literasi Indonesia. Semua provinsi di Indonesia pernah beliau kunjungi dalam rangka kampanye literasi. Beliau juga pendiri Ikatan Guru Indonesia (IGI). Selain itu, beliau juga pendiri berbagai lembaga pendidikan. Belum lagi kiprah dalam bidang-bidang lainnya. Jika ingin mengetahui lebih detail tentang beliau, cukup ketik nama beliau di google, akan ada begitu banyak data tentang tokoh literasi dari Surabaya ini.
Aku cermati buku paketan yang kuterima. Sebuah buku yang sangat tebal. 500 halaman lebih. Bayangkan, lebih dari 500 halaman. Tentu bukan hal mudah menulis sebanyak itu.
Segera saya buka isi buku. Saya cek daftar isinya. Saya coba cicipi satu dua halaman. Sungguh lezat sajian yang dibuat oleh Pak Satria Dharma.
Isi buku adalah catatan beliau selama tahun 2018. Meskipun di dalamnya saya temukan ada juga catatan yang dibuat tahun 2017. Melihat ketebalannya, terlihat betapa beliau merupakan penulis yang produktif. Tentu, ini tidak bisa dilepaskan dari kebiasaan beliau membaca.
Saya belum bisa bercerita lebih banyak lagi terkait isi buku. Saya masih membacanya sedikit demi sedikit. Jika sudah selesai, Insyaallah saya akan membuat catatan reviewnya.
Terima kasih hadiahnya Pak Satria Dharma. Semoga keberkahan selalu menyertai. Amin.
Tulungagung, 21-5-2019

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.