Gunawan, Semangat Menulis, dan Berbagi Spirit
Ngainun Naim
Dua buah buku dalam sebuah paket
akhirnya sampai juga. Perjalanan paket ini cukup berliku. Melalui sebuah jasa
pengiriman, buku ini sampai di IAIN Tulungagung. Tetapi resepsionis
mengembalikan karena petugas jasa pengiriman tempat buku ini dikirim ternyata salah
input nama. Pengirimnya tertulis Gunawan, sedang penerima tertulis Dr. Gunawan
Naim, IAIN Tulungagung.
Saya kira wajar resepsionis
mengembalikan paket karena memang di tempat saya bekerja tidak ada dosen atau
karyawan yang namanya Gunawan Naim. Memang ada dua nama Naim di tempat saya,
tetapi tidak ada yang namanya Gunawan. Kedua pemilik nama Naim itu adalah saya sendiri dan seorang pegawai Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Saya baru tahu kalau paket bermasalah setelah
mendapatkan notoifikasi. Setelah saya urus, buku yang sudah dikembalikan itu
akhirnya dikirim kembali ke alamat saya. Dua buah buku menarik besutan penulis
muda berbakat asal Bima, Gunawan, saya terima. Sekarang kedua buku tertata di
rak menunggu giliran untuk dibaca.
Secara pribadi, saya sangat berterima
kasih kepada Gunawan atas kiriman bukunya. Buku, bagi saya, memiliki banyak
sekali manfaat. Padahal saya hanya memberikan testimoni beberapa baris saja,
tetapi Gunawan menghadiahi saya dua buku. Luar biasa.
* * *
Saya mengenal nama Gunawan pertama
kali di sebuah grup menulis. Saya cukup mengagumi nama itu karena cukup
konsisten posting tulisan nyaris setiap hari. Suatu saat ada kopdar di ITS
Surabaya. Saat itulah saya mengetahui bahwa anak muda yang cukup aktif menulis
di grup itu bernama Gunawan. Sayang saat itu saya tidak sempat berbincang
karena saya baru mengetahuinya di ujung acara.
Pertemuan kedua berlangsung di
Universitas Negeri Surabaya. Saat itu Gunawan meluncurkan bukunya, From Nothing to Something. Sebuah buku
yang menceritakan perjuangannya menulis. Usai presentasi saya berniat membeli
buku tersebut. Sayang, saya tidak kebagian. Buku sudah terjual habis.
Secara fisik, saya baru dua kali
bertemu. Itupun tanpa perbincangan yang dialogis. Tetapi komunikasi dalam makna
luas berlangsung lumayan intensif. Saya membaca nyaris semua postingan
tulisannya di grup dan di facebook.
* * *
Saya mengagumi semangat menulis anak
muda asal Bima ini. Bayangkan, ia menulis rutin setiap hari. Ya, setiap hari.
Apa saja bisa menjadi ide untuk ditulis.
Sesungguhnya tidak mudah untuk merawat
semangat menulis rutin sebagaimana yang dilakukan Gunawan. Ada saja hambatan
yang menghalangi seseorang untuk menulis. Karena itu ketika ada seseorang yang
mampu merawat semangat menulis secara rutin, ia termasuk
makhluk yang istimewa.Gunawan termasuk di dalamnya.
makhluk yang istimewa.Gunawan termasuk di dalamnya.
Aspek lain yang bisa diteladani dari
sosok Gunawan adalah semangatnya berbagi tulisan. Media sosial—WA, facebook,
dan blog—menjadi tempatnya berbagi spirit menulis. Jika ingin memiliki spirit
menulis, mengikuti catatan demi catatan Gunawan jelas besar sekali manfaatnya.
Tulungagung, 10-5-2019
Woww... Ini inspiratif buat kami yang pengin berkembang
BalasHapusSemangat Bu
HapusLuaar biasa... Mmbngunkn mata pena yg masih "ngntuk"😊
BalasHapusLah,ustadz Nuryani ini kan sudah produktif
HapusPertemuan 2 orang hebat menghasilkan yg luar biasa.
BalasHapusMatur suwun
HapusSemangatnya.. Perlu diteladani, bismillah...
BalasHapusInspirasi
Hapus