Gunawan, Semangat Menulis, dan Berbagi Spirit

Mei 13, 2019


Ngainun Naim

Dua buah buku dalam sebuah paket akhirnya sampai juga. Perjalanan paket ini cukup berliku. Melalui sebuah jasa pengiriman, buku ini sampai di IAIN Tulungagung. Tetapi resepsionis mengembalikan karena petugas jasa pengiriman tempat buku ini dikirim ternyata salah input nama. Pengirimnya tertulis Gunawan, sedang penerima tertulis Dr. Gunawan Naim, IAIN Tulungagung.
Saya kira wajar resepsionis mengembalikan paket karena memang di tempat saya bekerja tidak ada dosen atau karyawan yang namanya Gunawan Naim. Memang ada dua nama Naim di tempat saya, tetapi tidak ada yang namanya Gunawan. Kedua pemilik nama Naim itu adalah  saya sendiri dan seorang pegawai Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Saya baru tahu kalau paket bermasalah setelah mendapatkan notoifikasi. Setelah saya urus, buku yang sudah dikembalikan itu akhirnya dikirim kembali ke alamat saya. Dua buah buku menarik besutan penulis muda berbakat asal Bima, Gunawan, saya terima. Sekarang kedua buku tertata di rak menunggu giliran untuk dibaca.
Secara pribadi, saya sangat berterima kasih kepada Gunawan atas kiriman bukunya. Buku, bagi saya, memiliki banyak sekali manfaat. Padahal saya hanya memberikan testimoni beberapa baris saja, tetapi Gunawan menghadiahi saya dua buku. Luar biasa.
* * *
Saya mengenal nama Gunawan pertama kali di sebuah grup menulis. Saya cukup mengagumi nama itu karena cukup konsisten posting tulisan nyaris setiap hari. Suatu saat ada kopdar di ITS Surabaya. Saat itulah saya mengetahui bahwa anak muda yang cukup aktif menulis di grup itu bernama Gunawan. Sayang saat itu saya tidak sempat berbincang karena saya baru mengetahuinya di ujung acara. 

Pertemuan kedua berlangsung di Universitas Negeri Surabaya. Saat itu Gunawan meluncurkan bukunya, From Nothing to Something. Sebuah buku yang menceritakan perjuangannya menulis. Usai presentasi saya berniat membeli buku tersebut. Sayang, saya tidak kebagian. Buku sudah terjual habis.
Secara fisik, saya baru dua kali bertemu. Itupun tanpa perbincangan yang dialogis. Tetapi komunikasi dalam makna luas berlangsung lumayan intensif. Saya membaca nyaris semua postingan tulisannya di grup dan di facebook.
* * *
Saya mengagumi semangat menulis anak muda asal Bima ini. Bayangkan, ia menulis rutin setiap hari. Ya, setiap hari. Apa saja bisa menjadi ide untuk ditulis.
Sesungguhnya tidak mudah untuk merawat semangat menulis rutin sebagaimana yang dilakukan Gunawan. Ada saja hambatan yang menghalangi seseorang untuk menulis. Karena itu ketika ada seseorang yang mampu merawat semangat menulis secara rutin, ia termasuk
makhluk yang istimewa.Gunawan termasuk di dalamnya.
Aspek lain yang bisa diteladani dari sosok Gunawan adalah semangatnya berbagi tulisan. Media sosial—WA, facebook, dan blog—menjadi tempatnya berbagi spirit menulis. Jika ingin memiliki spirit menulis, mengikuti catatan demi catatan Gunawan jelas besar sekali manfaatnya.
Tulungagung, 10-5-2019

8 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.