Sarjana, Kontribusi dan Transformasi
Ngainun
Naim
Sarjana
itu memiliki banyak konotasi. Tentu konotasi yang baik. Ada yang menyebut
sarjana sebagai kaum terdidik, cendekiawan, kaum terpelajar, dan berbagai
konotasi positif lainnya.
Benarkah
faktanya semacam itu? Tentu tidak bisa digeneralisir. Pada kondisi tertentu,
seorang sarjana bisa saja merepresentasikan berbagai konotasi positif yang ada.
Namun tidak pada kondisi lainnya.
Sarjana
yang menempuh pendidikan secara serius tentu bisa merepresentasikan konotasi
positif. Sementara mereka yang asal mendapatkan gelar sarjana, tentu agak berat
mewujudkannya.
Idealnya
sarjana memang bisa memberikan kontribusi terhadap kehidupan personal dan
sosial. Kontribusi tersebut pada gilirannya memiliki implikasi pada
transformasi di berbagai bidang kehidupan.
Tergabung
dalam organisasi semacam Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU), bagi saya,
adalah sarana untuk aktualisasi diri. Berorganisasi membuat saya memiliki lebih
banyak sahabat. Selain itu, saya juga memiliki kesempatan untuk mengembangkan
diri. Tanpa bermaksud menyombongkan diri, saya memang sarjana. Ke-sarjana-an
saya jangan sampai sekadar gelar semata. Harus ada kontribusi nyata dalam
kehidupan.
Hanya
itu saja? Tentu banyak lagi manfaat lainnya bergabung dalam organisasi semacam
ISNU. Silahkan teman-teman yang aktif organisasi menambahkan manfaatnya.
Tulungagung,
29-12-2018
Tidak ada komentar: