Mengenal Pemikiran Politik K.H. Sirajuddin Abbas
Judul Buku: Buya KH. Sirajuddin Abbas (Profil dan
Pemikiran Politiknya tentang Indonesia)
Penulis: Alaiddin Koto
Penerbit: Rajawali Press Jakarta
Edisi: 2016
Tebal: x+99 halaman
ISBN: 9789797698805
Peresensi: Ngainun Naim
Nama K.H. Sirajuddin Abbas
relatif kurang dikenal dalam panggung keislaman kontemporer. Bisa jadi karena
beliau telah lama wafat. Selain itu tidak banyak karya tulis beliau yang
tersebar luas sampai sekarang.
Bukan berarti K.H.
Sirajuddin Abbas tidak berkarya. Karyanya cukup melimpah. Ada cukup banyak buku
yang beliau tulis. Salah satunya yang cukup monumental berjudul I’toqad Ahlis Sunnah Wal Jamaah. Buku
ini sejak pertama terbit sampai sekarang masih terus dibaca dan dikaji,
meskipun tidak sangat terkenal.
Selain karya tulis, faktor
lain yang melanggengkan nama seorang tokoh adalah peneliti. Ya, peneliti yang
mengulas, mengeksplorasi dan mengembangkan pemikirannya agar diketahui
masyarakat secara luas. Semakin banyak peneliti maka semakin seorang tokoh
dikenal publik.
Buku karya Prof. Dr.
Alaiddin Koto--Guru Besar UIN Sulthan Syarif Kasim Riau—ini menjadi sarana
untuk mengenal lebih jauh K.H. Sirajuddin Abbas. Meskipun fokus buku ini adalah
pemikiran politik beliau, kita bisa mengenal banyak hal tentang ulama besar
dari Sumatera tersebut. Dengan ketebalan hanya sekitar 100 halaman, buku bisa
menjadi pengantar ringkas untuk mengenal lebih jauh ulama yang sesungguhnya
memiliki kontribusi penting dalam dunia politik di Indonesia sejak merdeka
hingga tahun 1970 saat beliau wafat.
Ada lima bab di buku ini.
Bab 1, “Pendahuluan”, menjelaskan kegelisahan akademik mengapa penelitian ini
dilakukan. Prof. Alaiddin Koto menjelaskan bahwa KH. Sirajuddin Abbas adalah
tokoh penting organisasi Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti). Dari tahun
1945-1970, beliau memegang tampuk pimpinan tertinggi saat organisasi ini
menjadi salah satu partai politik Islam di Indonesia.
Selain dikenal sebagai ulama
Sunni yang mumpuni, KH. Sirajuddin Abbas juga dikenal sebagai politisi
kontroversial. Hal ini disebabkan karena kiprah beliau yang keluar dari arus mainstream. Banyak yang menilai bahwa
beliau merupakan pribadi yang suka “bermain api” (h. 2). Penilaian ini
didasarkan kepada sikap politik beliau yang sangat dekat dengan Presiden
Soekarno. Padahal, menjelang tahun 1965, Soekarno sangat dekat dengan PKI.
Implikasinya, beliau dituduh sebagai antek Soekarno.
Seiring waktu, tuduhan itu
hilang dengan sendirinya. Realitas ini menunjukkan bahwa KH. Sirajuddin Abbas
sesungguhnya tidak sebagaimana tuduhan yang diterima. Selain itu, tentu saja,
kapasitas dan kualitas dirinya yang memang luar biasa menjadi faktor penting
yang tidak bisa diabaikan. Selain politisi, beliau juga penulis yang prolifik.
Puluhan karya tulis dalam berbagai bidang ilmu telah disusun. Karya tulis yang
dihasilkan tidak hanya berhenti sebatas sebagai teori semata melainkan juga
menjadi basis aktivitas sehari-hari.
Bab 2 bertajuk “Riwayat
Hidup KH. Sirajuddin Abbas”. Bab ini mengulas tentang hal-ikhwal kehidupan
tokoh penting Perti ini, mulai kelahiran, pendidikan, perjuangan, dan
pengalaman sebagai ulama dan politikus. Membaca bab ini, meskipun ringkas, bisa
memberikan informasi bermanfaat tentang sosok Buya KH. Sirajuddin Abbas.
Deretan aktivitas, daftar karya tulis, berbagai aktivitas yang melimpah,
puluhan negara yang dikunjungi, dan berbagai prestasi yang diraih merupakan
bukti nyata kapasitas beliau sebagai figur yang memiliki kiprah besar bagi
Perti, umat Islam, dan juga bangsa Indonesia.
Bab 3 berbicara tentang
“Teori Umum Politik Sunni”. Kerangka teori ini penting untuk memahami apa,
mengapa, dan bagaimana yang dimaksud dengan politik Sunni. Penjelasan tentang
teori politik Sunni memudahkan untuk memahami pemikiran politik KH. Sirajuddin
Abbas. Hal ini disebabkan karena beliau adalah politisi yang memegang teguh
ajaran Sunni. Selain itu, Perti sendiri juga merupakan organisasi secara
eksplisit menyebut mengikuti aliran Sunni. Sunni dalam konteks Perti adalah
Sunni mazhab Syafi’i. Hal itu menunjukkan bahwa, “...kalangan Perti begitu
ketat dalam memelihara sikap kemazahabannya” (h. 39).
Substansi buku ini saya kira
ada di Bab 4, “Konsep dan Perilaku Politik KH. Sirajuddin Abbas”. Konsep dan
perilaku beliau berkaitan erat dengan konsep yang telah dirumuskan oleh Perti
pada kongres VII dan VIII tahun 1953-1955. Sirajuddin berpendapat bahwa,
“...kekuasaan yang sesungguhnya berada di tangan Tuhan, sedangkan pemerintah
itu hanyalah pelaksana kekuasaan yang ditauliyahkan oleh rakyat” (h. 58).
Menurut Alaiddin Koto, konsep Sirajuddin ini sejalan dengan konsep Al-Ghazali
dan Al-Mawardhi. “Kata tauliyat yang
digunakan oleh Al-Ghazali ternyata juga dipakai oleh Siraj. Agaknya, ini suatu
bukti lagi betapa Sirajuddin dan orang-orang Perti betul-betul mempertahankan
kesunnian dan kesyafi’iannya” (h. 58).
Namun demikian Sirajuddin
juga membaca realitas sosial politik Indonesia. Menurut Sirajuddin, sistem
politik yang cocok untuk Indonesia adalah demokrasi. Demokrasi liberal
menghadapi tantangan dengan adanya Dekrit Presiden pada tahun 1959. Namun
Sirajuddin justru mendukung terhadap kembali ke UUD 1945. Alasannya adalah
untuk melaksanakan Demokrasi Terpimpin karena untuk menyelamatkan negara dan
Perti (h. 79).
Buku karya Alaiddin Koto ini
menjawab berbagai hal terkait dengan pemikiran politik Sirajuddin Abbas,
lengkap dengan segala kontroversinya. Meskipun tipis, buku ini berkontribusi
penting dalam khazanah keilmuan politik Islam di Indonesia.
Tidak ada komentar: