Mengelola Jurnal, Moraref dan Kolaborasi

April 27, 2017


Oleh Ngainun Naim
 
Acara pembukaan. Dari kiri Prof. Dr. Nizar, Dr. Mohammad Zen dan Dr. Mahrus, M.A.
Mengelola jurnal ilmiah di perguruan tinggi bukan pekerjaan mudah. Selain dananya yang kecil, ada banyak persoalan lagi yang membuat mengelola jurnal ternyata cukup rumit. Padahal jurnal ilmiah memiliki peran yang sangat strategis bagi kemajuan perguruan tinggi.
Demikian antara lain sambutan Dr. Mohammad Zen, M.Ag, Kasubdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Kementerian Agama dalam "Temu Konsultasi Jaringan Penelitian, Publikasi Ilmiah, dan Pengabdian kepada Masyarakat" di Sultan Hotel Banda Aceh, Rabo, 26 April 2017. Karena itu Dr. Mohammad Zen berharap agar pertemuan di Banda Aceh menjadi media untuk saling memperkaya dan saling berkoordinasi untuk kemajuan bersama.
Ada satu aspek lain yang juga ditegaskan oleh Kasubdit, yakni tentang Moraref. Moraref akan diperkuat agar berperan maksimal dengan segala peran dan fungsinya. Apalagi selama ini Moraref telah memberikan peran yang cukup signifikan bagi terbangunnya iklim ilmiah.
Sementara Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Prof. Dr. Nizar menyampaikan bahwa tri darma yang ada di PTKI fokusnya baru pendidikan dan pengajaran. Sementara aspek penelitian dan pengabdian belum berjalan secara optimal. Ada beberapa indikasi untuk hal itu. (1) anggaran penelitian dan pengabdian belum sesuai dengan harapan. (2) publikasi hasil penelitian dan pengabdian belum tersebar merata. (3) jurnal-jurnal PTKI ada yang berkembang, ada yang surut, dan ada yang tidak berkembang sama sekali.
Pada kesempatan tersebut Prof. Dr. Nizar menegaskan tentang pentingnya pengelolaan jurnal. Jurnal yang dikelola secara serius, apalagi sampai menjadi jurnal internasional bereputasi, memiliki kontribusi yang sangat besar bagi institusi. Jurnal semacam ini bisa menjadi solusi untuk krisis guru besar yang sekarang melanda PTKI.
Dalam kerangka inilah Prof. Dr. Nizar menegaskan bahwa UIN diwajibkan memiliki jurnal internasional bereputasi. Di Indonesia ada 17 UIN, tetapi hanya 3 yang memiliki jurnal internasional bereputasi. Prof. Dr. Nizar memberi penegasan agar target tersebut bisa tercapai pada tahun 2019.
Lebih jauh beliau menegaskan bahwa PTKI idealnya memiliki 1 jurnal nasional terakreditasi per fakultas (untuk UIN dan IAIN) dan per jurusan (STAIN). Dengan demikian kualitas keilmuan di OTKI dapat terus terawat.
Persyaratan guru besar yang cukup berat adalah menulis artikel di jurnal internasional bereputasi. Cukup banyak calon guru besar yang gugur karena syarat ini. "Syarat menjadi guru besar sepertinya lebih berat daripada syarat masuk sorga", kata Prof. Dr. Nizar secara bergurau.
Banyak calon guru besar yang kurang mengetahui hal-ikhwal jurnal internasional kemudian terjebak memasukkan artikelnya ke jurnal internasional predator. Prof. Dr. Nizar memaparkan beberapa ciri jurnal predator. (1) artikel dimuat di jurnal yang core ilmunya berbeda. Misalnya artikel hadis dimuat di jurnal internasional agriculture. (2) tidak ada proses review. Begitu artikel dikirim langsung dimuat dalam waktu yang tidak terlalu lama. (3) pengelola jurnal meminta tarif tertentu. (4) jurnal internasional dari negara tertentu, yaitu Pakistan dan India, penting untuk diwaspadai karena banyak yang predator. Dan (5) alamat email pengelolanya gmail, yahoo, dan sejenisnys.
Ada banyak lagi pemikiran yang disampaikan Prof. Dr. Nizar terkait upaya meningkatkan kualitas jurnal PTKI. Jurnal yang bermutu, apalagi bereputasi internasional, tidak hanya menguntungkan lembaga, tetapi juga memperlancar karir seorang dosen.
Dalam kerangka ini, kolaborasi sesama pengelola jurnal untuk sama-sama maju sangat penting artinya. Usaha dan kerja secara terus-meneris merupakan langkah yang harus dirawat secara konsisten.

Banda Aceh. 26/4/2017.

5 komentar:

  1. Mantap, dengan adanya OJS, penelitian akan semakin dapat membumi dan merakyat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup, benar Mas. Saya berharap teman-teman kita semakin solid berjuang untuk membumi dan merakyatkan hal-hal yang ilmiah he he he

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  3. Tidak hanya membumi menurut saya, tapi melangit juga penting....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali. Seperti Ekosufisme ya mas he he he

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.