Menapak Jejak
Oleh Ngainun
Naim
Hari
masih cukup pagi saat kami bersiap berangkat menuju IAIN Sultan Maulana
Hasanuddin (IAIN SMH) Banten. Tepat pukul 06.25 saat bus mulai bergerak
tertatih meninggalkan halaman Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan di Jalan
Ir. Juanda Ciputat. Jalanan Jakarta yang padat merayap membuat bus besar yang mengantarkan
kami tidak bisa bergerak bebas menapaki jalanan Jakarta yang semakin penuh
sesak oleh kendaraan.
Perjalanan
lumayan lancar saat bus masuk ke jalan tol. Saya tidak tahu pasti berapa jarak
antara Ciputat menuju Serang. Ya, kampus IAIN SMH Banten memang berada di
Serang. Tidak butuh waktu yang terlalu lama untuk sampai di kampus yang berada
di pusat kota Serang tersebut. Sekitar pukul 08.00 kami sudah sampai di lokasi.
Bagi
saya, ini merupakan kunjungan pertama. Kesan saya, kampus-kampus PTKI memiliki
arsitektur yang nyaris tidak banyak berbeda, kecuali yang sudah mengalami
transformasi menjadi UIN seperti UIN Yogyakarta, UIN Jakarta, UIN Surabaya, dan
UIN Malang. Bangunan yang kusut, kurang terawat, serta kurang terencana dalam
tata letaknya. Kampus IAIN SMH Banten saya kira tidak jauh dari gambaran
semacam ini.
Setelah
berkeliling ke beberapa tempat dan mengambil gambar di beberapa sudut tertentu,
kami menuju lantai 3. Di auditorium, kami disambut oleh Wakil Rektor 1, Prof.
Dr. Ilzamudin, MA. Sejenak saya berbasa-basi dengan beliau karena sudah
beberapa kali bertemu.
Beberapa
saat kemudian datang WR 2 dan Ketua LP2M, Mufti Ali, Ph.D dan Direktur
Bantenologi, Dr. Ayatullah Humaeni, M.A. Acara dikendalikan oleh WR 2 untuk
kemudian diserahkan kepada WR 1 untuk memaparkan hal-ikhwal IAIN SMH Banten.
Perjalanan penuh kegembiraan |
Prof.
Ilzamuddin menjelaskan secara panjang lebar bahwa IAIN SMH Banten saat ini
memiliki empat lokasi kampus. Total tanah yang mereka miliki adalah 528.417 M². Jumlah tanah sebanyak
itu memungkinkan mereka untuk mengembangkan kampus dengan berbagai rancangan.
Ditinjau
dari perspektif sejarah, IAIN SMH sudah cukup lama. Jejak sejarahnya dimulai
sejak tahun 1961. Tentu, dalam usia yang sedemikian panjang, ada banyak hal
yang telah menorehkan jejak sejarah bagi institusi dan masyarakat, khususnya
masyarakat Banten. Ada banyak hal yang disampaikan oleh Prof. Ilzamuddin.
Secara personal saya mendapatkan manfaat dan inspirasi bagi pengembangan
lembaga di mana saya mengabdi.
Usai
pemaparan dari para pejabat, kami kemudian masuk ke ruang-ruang berdasarkan
pembagian kelompok. Ada 3 kelompok, yaitu kelompok satu yang membahas tentang kebijakan
penelitian, kelompok dua membahas tentang peta penelitian keagamaan, dan
kelompok tiga membahas tentang pengelolaan jurnal. Masing-masing
kelompok berdiskusi untuk menggali data sebagai bahan untuk menyusun laporan.
Sekitar
pukul 11.20 seluruh peserta berpamitan meninggalkan kampus IAIN SMH Banten. Bus
bergerak ke arah barat lalu belok kanan menuju Masjid Agung Serang. Masjid
tersebut berarsitektur sederhana dan menarik untuk dicermati. Menurut saya,
masjid agung ini sangat khas dan berbeda dengan berbagai masjid agung yang
pernah saya kunjungi.
Sambil
menunggu waktu shalat dhuhur, saya minum kopi di pojok masjid bersama beberapa
teman. Rasanya nikmat sekali. Ada diskusi, berbagi pengalaman, dan guyonan yang
menghangatkan suasana.
Beberapa
saat kemudian adzan dhuhur berkumandang. Kami pun bergegas untuk mengambil air
wudhu. Masjid yang cukup besar tersebut terisi cukup banyak. Bagi saya, ini hal
menarik karena di tempat yang lainnya
biasanya tidak sebanyak itu jumlah jamaahnya saat shalat dhuhur.
Usai
menjalankan shalat dhuhur, kami bergegas menuju bus untuk kembali pulang.
Perjalanan pulang sungguh penuh kesan karena saat pulang itulah saya
menyaksikan wajah Jakarta yang sesungguhnya, yaitu macet. Bus bergerak lambat,
bahkan sangat lambat. Butuh waktu sekian jam untuk sampai di Balai Diklat di
Ciputat. Tetapi setidaknya, itulah jejak yang tertoreh selama sehari di hari
rabo tanggal 3 Agustus 2016.
Ciputat, 4 Agustus 2016
Tidak ada komentar: