INTEGRITAS SITI MARYAM

Juni 19, 2013


Oleh Ngainun Naim

Saya selalu mengagumi orang yang memiliki integritas tinggi terhadap suatu bidang. Kiprah, perjuangan, dan keteladanan mereka selalu memukau. Berita mereka di media massa—khususnya di Jawa Pos dan Kompas—saya baca dengan penuh semangat. Tidak jarang saya mengklipingnya.
Satu tokoh yang saya temukan di Harian Kompas edisi Sabtu, 15 Juni 2013 adalah Ibu Siti Maryam. Beliau sekarang ini sudah sangat sepuh. Bayangkan saja, usianya sudah 86 tahun. Namun, kita patut mengapresiasi terhadap semangat dan upayanya untuk melestarikan naskah kuno dan aksara Bima Nusa Tenggara Barat. Beliau—sebagaimana ditulis Kompas—adalah salah satu sosok penting dalam menerjemahkan dan mentranskripsikan manuskrip Bima.
Di usianya yang telah lanjut, Bu Siti Maryam tetao tekun menulis, termasuk mentranskripsikan naskah-naskah kuno Bima yang jumlahnya diperkirakan ribuan. Faktor usia yang membuat beliau tidak mampu duduk lama. Karena faktor penglihatan, saat membaca beliau harus dibantu kaca pembesar. Tetapi itu tidak mengurangi semangatnya untuk terus berkarya.
Satu paragraf yang menurut saya paling heroik adalah saat menuturkan pengalaman berat dan mengesankan Bu Maryam menulis buku Bo’ Sangaji Kai, kisah sejarah atau buku catatan raja-raja Kerajaan Bima.

”Saya perlu sekitar lima tahun menerjemahkan Bo’ itu. Untuk menerjemahkan satu halaman saja, saya perlu lebih seminggu. Rumitnya, naskah bertuliskan Arab itu, selain menggunakan bahasa Melayu, sebagian memakai bahasa dan aksara Bima”.

Perjuangan dan kegigihan Bu Siti Maryam memang sangat mengesankan. Saat menulis naskah itu beliau sudah berumur 67 tahun. Dan saat itu beliau juga tidak menganggur, melainkan menjadi anggota MPR/DPR. Karena integritasnya, beliau mengerjakan naskah itu pada tengah malam sampai subuh.
Integritas Siti Maryam memberikan cahaya pencerahan di tengah iklim kehidupan sekarang ini yang semakin pragmatis dan hedonis. Kisah hidup tokoh-tokoh yang penuh integritas memang harus diperkenalkan secara luas agar generasi muda dapat menjadikannya sebagai cermin bagi kehidupan. Dengan demikian, keteladanan ini akan menumbuhkan spirit inspiratif bagi perubahan kehidupan menuju kondisi yang lebih baik. Semoga.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.